Thursday 29 October 2009

Ikan Kukus

Ni ler lauk aku hari2 sejak aku mula berdiet...nasib baik senang buat...mak aku kata, lauk orang malas... main campak-campak jer...harap-harap leh slim balik macam dolu2...

Kisah Cinta Seorang Suami

Salam ceria, artikal ni izah dapat dari email-email yang diforwardkan oleh teman-teman, saja nak kongsi dengan pengunjung blog izah...touching sangat bagi izah...cinta dan pengorbanan seorang isteri dah biasa bagi kita, tapi cinta dan pengorbanan seorang suami satu dalam seribu.

Susah nak jumpa tapi tetap ada.

Izah dah jumpa dan lihat sendiri, teman baik hubby izah yang menjaga isterinya yang telah lumpuh lebih dari 20 tahun, kesetian seorang suami yang sanggup melepaskan segalanya hanya untuk menjaga isteri tercinta.

Dan pada mulanya Izah macam susah nak percaya juga, tapi selepas melihat sendiri sewaktu kami bercuti ke Kuala Terengganu dan sempat singgah di rumahnya...izah terharu sangat tengok teman hubby izah tu melayan isterinya yang sakit, termasuk menguruskan segala urusan rumahtangga memasak, dan mengemas rumah.

Dan izah nampak dia mengendong isterinya untuk dibersihkkan...tugas itu di lakukan sehinggalah ke nafas terakhir isterinya...isteri tercinta pergi mangadap illahi pada Ramadhan pertama 2009.

Takziah dari izah dan hubby kepada keluarga En Fadzil B Mohd Yusof(teman baik hubby) atas pemergian isteri yang sangat di cintai...

Artikel cinta ini berdasarkan kisah yang benar.

Dilihat dari usia beliau sudah tidak muda lagi, usia yang sudah senja bahkan sudah
mendekati malam. Masa Pak Suyatno, 58 tahun ke sehariannya diisi dengan merawat isterinya yang sakit. isterinya juga sudah tua. Mereka berkahwin sudah lebih 32 tahun.

Mereka dikurniakan 4 orang anak .......di sinilah awal cubaan menerpa, setelah
isterinya melahirkan anak ke empat .........

tiba-tiba kakinya lumpuh dan tidak boleh digerakkan. Hal itu terjadi selama dua tahun.

Menginjak tahun ke tiga seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang lidahnyapun sudah tidak mampu digerakkan lagi.

Setiap hari Pak Suyatno memandikan, membersihkan kotoran, menyuapkan, dan mengangkat isterinya ke atas tempat tidur.

Sebelum berangkat ke tempat kerja dia meletakkan isterinya di hadapan TV supaya isterinya tidak berasa kesunyian.

Walau isterinya tidak dapat bercakap, tapi dia selalu melihat isterinya tersenyum, dan Pak Suyatno masih berasa beruntung kerana tempat kerjanya tidak begitu jauh dari
rumahnya, sehingga siang hari dia boleh pulang ke rumah untuk menyuapi isterinya makan. Petangnya dia pulang memandikan isterinya, mengganti pakaian, dan selepas maghrib dia temankan isterinya menonton tv sambil bercerita apa
sahaja yang dia alami seharian.

Walaupun isterinya hanya mampu memandang (tidak mampu memberikan respons ), Pak Suyatno sudah cukup senang bahkan dia selalu menggoda dan bergurau dengan isterinya setiap kali menjelang tidur.

Rutin ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun. Dengan sabar dia merawat isterinya bahkan sambil membesarkan ke empat buah hati mereka, sekarang anak-anak mereka sudah dewasa tinggal si bungsu yang masih kuliah.

Pada suatu hari ke empat anak Suyatno berkumpul di rumah orang tua mereka sambil menjenguk ibunya. Kerana setelah menikah mereka tinggal dengan keluarga masing-masing.

Dan Pak Suyatno tetap merawat ibu kepada anak-anaknya, dan yang dia inginkan hanya satu: semua anaknya berjaya.

Dengan kalimat yang cukup hati-hati anak yang sulung berkata : "Pak kami ingin sekali merawat ibu...Semenjak kami kecil kami melihat bapak merawat ibu dan tidak
ada sedikit pun keluhan keluar dari bibir bapak, bahkan bapak tidak izinkan kami menjaga ibu."

Dengan air mata berlinang anak itu melanjutkan kata-katanya.........

"Sudah yang kali keempat kami mengizinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengizinkannya. Bila papak akan menikmati masa tua bapak dengan berkorban seperti
ini .....

Kami sudah tidak sampai hati melihat bapak begini... kami berjanji akan merawat ibu dengan sebaik-baiknya secara bergantian," ujar anaknya yang sulung merayu.

Pak Suyatno menjawab hal yang sama sekali tidak diduga oleh anak-anaknya.

"Anak-anakku. .... jikalau hidup di dunia ini hanya untuk nafsu.... mungkin bapak akan berkahwin lagi.... tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian di sampingku... . itu sudah lebih dari cukup. Dia telah melahirkan kalian...

"Sejenak kerongkongannya tersekat..."Kalian yang selalu kurindukan hadir di dunia ini dengan penuh cinta yang tidak dapat dinilai dengan apapun.Cuba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaannya seperti Ini ?

Kalian menginginkan bapak bahagia .... Apakah batin bapak dapat bahagia meninggalkan ibumu dalam keadaannya seperti sekarang ?

Kalian menginginkan bapak yang masih diberi Allah kesihatan yang baik dirawat oleh orang lain .......bagaimana dengan ibumu yg masih sakit ?

Sejenak meledaklah tangis anak-anak pak Suyatno...Mereka pun melihat butiran-butiran kecil jatuh di pelupuk mata ibunya... Dengan pilu ditatapnya mata suami yang sangatdicintainya itu...

Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah satu stesen TV swasta untuk menjadi panel jemputan acara bimbingan Rohani Selepas subuh dan juru acara pun mengajukan pertanyaan kepada pak suyatno...

Kenapa bapak mampu bertahan selama 25 tahun merawat Isteri yang sudah tidak mampu berbuat apa-apa?

Ketika itu pak Suyatno pun menangis....tamu yang hadir di studio yang kebanyakan kaum ibu pun tidak mampu menahan haru...

Disitulah Pak Suyatno bercerita...Jika manusia didunia ini mengagungkan sebuah cinta tapi dia tidak mencintai kerana Allah maka semuanya akan luntur...

Saya memilih isteri saya menjadi pendamping hidup saya.......Sewaktu dia sihat diapun dengan sabar merawat saya...Mencintai saya dengan sepenuh hati zahir dan batinnya bukan dengan mata kepala semata-mata. .. dan dia memberi saya 4 orang anak yang lucu dan baik-baik...

Sekarang dia sakit berkorban untuk saya kerana Allah...Dan itu merupakan ujian bagi saya.

Sihat pun belum tentu saya mencari penggantinya. .. apalagi dia sakit ... Setiap malam saya bersujud dan menangis dan saya mengadu kepada Allah di atas sajadah supaya meringankan penderitaan isteri saya.

Dan saya yakin hanya kepada Allah tempat saya mengadukan rahsia dan segala kesukaran saya...kerana DIA maha Mendengar... .

Adakah anda sanggup berkorban sebegini demi cinta?

Sunday 18 October 2009

Wanita & Airmata

Seorang anak laki-laki kecil bertanya kepada ibunya "Mengapa ibu menangis?"
"Kerana aku seorang wanita", kata sang ibu kepadanya.
"Aku tidak mengerti",kata anak itu.
Ibunya hanya memeluknya dan berkata, "Dan kau tak akan pernah
mengerti"

Kemudian anak laki-laki itu bertanya kepada ayahnya,
"Mengapa ibu suka menangis tanpa alasan?"
"Semua wanita menangis tanpa alasan", hanya itu yang dapat
dikatakan oleh ayahnya.

Anak laki-laki kecil itupun lalu tumbuh menjadi seorang
laki-laki dewasa, tetap ingin tahu mengapa wanita menangis.

Akhirnya ia menghubungi Tuhan, dan ia bertanya,
"Tuhan, mengapa wanita begitu mudah menangis?"

Allah berfirman:

"Ketika Aku menciptakan seorang wanita, ia diharuskan untuk
menjadi seorang yang istimewa. Aku membuat bahunya cukup kuat untuk
menopang dunia; namun, harus cukup lembut untuk memberikan kenyamanan "

"Aku memberikannya kekuatan dari dalam untuk mampu melahirkan anak dan menerima penolakan yang seringkali datang dari anak-anaknya "

"Aku memberinya kekerasan untuk membuatnya tetap tegar ketika orang-orang lain menyerah, dan mengasuh keluarganya dengan penderitaan dan kelelahan tanpa mengeluh "

"Aku memberinya kepekaan untuk mencintai anak-anaknya dalam
setiap keadaan, bahkan ketika anaknya bersikap sangat menyakiti hatinya "

"Aku memberinya kekuatan untuk mendukung suaminya dalam kegagalannya dan melengkapi dengan tulang rusuk suaminya untuk melindungi hatinya "

"Aku memberinya kebijaksanaan untuk mengetahui bahwa seorang suami yang baik takkan pernah menyakiti isterinya, tetapi kadang menguji kekuatannya dan ketetapan
hatinya untuk berada disisi suaminya tanpa ragu"

"Dan akhirnya, Aku memberinya air mata untuk dititiskan dan ini adalah khusus miliknya untuk digunakan bilapun ia perlukan."

"Kau tahu;kecantikan seorang wanita bukanlah dari pakaian yang dikenakannya, susuk yang ia tampilkan, atau bagaimana ia menyisir rambutnya."

"Kecantikan seorang wanita harus dilihat dari matanya,kerana itulah pintu hatinya.. Tempat dimana cinta itu ada."

Khabarkan ini kepada setiap wanita yang anda kenal hari ini untuk memperingati Wanita. Jika Anda lakukan,Anda akan menambah harga diri wanita!

Khabarkan msg ini juga kepada kaum lelaki, supaya mereka sedar dan ingat akan kecantikan wanita mereka yang azali.. bukan pada kecantikan luaran semata-mata. Selamilah hati wanita mu.. dan ingat lah...Setiap Wanita itu Cantik.

Thursday 15 October 2009

Pedihnya



Salam sejahtera,sekadar luahan hati...sebenarnya coretan ini telah lama aku tulis tapi aku tak sampai hati nak meletakkan disini, ianya seolah-oleh membuka aibku sendiri.

Tetapi sms yang aku terima pada 5 syawal baru-baru ini memang betul-betul buat aku tersentap dan menguris hatiku... masih aku juga kah yang bersalah....

Susah betul mata ini ingin terpejam, banyak perkara yang terjadi kebelakangan ini yang menggangu ketenanganku.Sebelum ini aku punya masaalah dengan “DIA”. Kini belum dapat menenangkan hati ku yang kesakitan, datang pula masaalah baru.
Masih akukah yang bersalah?

Masih terbayang diruang mata setiap bait-bait kata yang disampaikan melalui ruang cyber ini, akukah yang bersalah. Aku tidak berniat begitu.

Ya memang betul aku berjanji tetapi aku juga punya alasan kerana tidak dapat memenuhi janji tersebut.

Hari jumaat malam tu memang aku ader menghubunginya sekadar memberitahu keluarga ibu kandungku bahawa esok(sabtu) aku berhajat untuk membawa ibu tiriku yang datang dari kampung untuk berjumpa ibu kandungku. Kebetulan ibu tiriku ingin menjemput sekali untuk majlis pernikahan adik bongsuku. Kedua-duanya memang saling menyuarakan hasrat untuk bertemu.

Namun hajat itu tak dapat aku laksanakan memandangkan seharian hari sabtu tu kami harus dahulukan saudara-saudara yang jauh untuk di jemput dahulu.Seawal jam 9 pagi kami keluar dari rumah tercari-cari rumah yang nak dituju almaklumla aku bukan mahir sangat pun area Klang dan Shah Alam tu.

Hubby aku pun lebih kurang macam tu juga. Yang drive nyer pun adik aku yang bakal berkahwin tu.Dalam keadaan tercari-tercari tu mustahilla aku nak izinkan hubby aku drive, bahaya buatnya pening dia datang tak pasal-pasal kang lain plak cerita.

Menurut doctor hubby aku memang dah sihat tapi dia tak boleh terlalu risau atau penat, takut dia di serang sawan pula, almaklumla penyakit yang melibatkan kepala ni banyak risikonya.Dan tak dibenarkan memandu sekurang-kurangnya dalam tempoh 2 tahun pertama ni, tapi kadang-kadang dah terpaksa tiada pilihan terpaksa juga.

So dalam kami tercari-cari tu sampai juga kami kerumah abang ibu tiriku, dari satu rumah kesatu rumah kesudahannya pukul 6.30 petang baru kami balik.

Punyalah kepenatan tuhan jer yang tahu itu pun ikutkan ada lagi rumah yang kami tak sempat pergi. Main pas kad jer pada yang kami sempat jemput tu. Sampai ke rumah pun dah magrib,niat hati nanti lepas magrib kita pergi Sungai Besi plak(rumah ibu kandungku).

Namun hajat tu terbantut lagi bila hujan turun dengan lebatnya, memandangkan Hanim pun belum pulih dari demam sepenuhnya maka aku batalkan niat tersebut, ku katakan pada ibu tiriku kita kesana awal pagi esok jer, sebab ibuku harus pulang ke kampung petang ahad tu juga tambahan lagi kami semua dah kepenatan.

Nak dijadikan cerita seharian berjalan phone aku dan hubby kehabisan bateri,hajat hati aku nak baring sekejap sambil charge beteri phone tapi mungkin sebab kepenatan aku terlena sampai kepagi maknanya aku tak berkesempatan langsung untuk sms atau call pihak ibu kandung ku memberitahu yang aku tidak jadi datang.

So awal pagi esoknya (ahad)aku mengarahkan ibu dan adik ku bersiap untuk kerumah ibu kandungku namun masih juga terhalang,memandangkan sedang elok kami bersiap ada pulak yang memberi salam, dan anak buah ibu ku yang duduk di Gombak datang bersama ibubapanya yang baru tiba dari Johor.

Dah tetamu datang takkan nak ku kerahkan mereka balik pulak semata-mata kami nak keluar, sembang punya sempang hampir pukul 2 petang juga baru dia berangkat pulang. Pukul 2 petang manalah kami sempat hendak kemana-mana lagi.Itu pun mak aku kelam kabut harus bersiap untuk ke Puduraya memandangkan tiket bas pukul 3.30 petang.

Sudahnya sampai kesudah hajat ibu ku untuk ke rumah ibu kandungku tidak tercapai. Dan aku biasalah selepas mengantar ibu ku ke Puduraya, dah naikkan bas semua… Aku plak harus bergegas pulang memandangkan sejak ibu ku datang aku tak sempat langsung untuk mengemas rumah memandangkan kami sibuk kesana kesini menjemput orang.

Jadi kesempatan yang ada aku gunakan sebenuhnya untuk mengemas rumah ku yang dah 4 hari tak berkemas tambahan pula ader kerja office yang aku bawa pulang masih tak sempat aku sentuh.Sehinggakan kesudah hari ahad tu aku terlupa untuk menghubungi adikku untuk memberitahu yang kami tak berkesempatan untuk datang.

Esoknya isnin di sebabkan kesibukkan menyiapkan kerja yang dateline nyer makin hampir, aku terleka tanpa menghubungi ibu kandungku untuk meminta maaf ketidak hadiran aku kemarin dan semalam,sehinggalah ke pukul 8 malam waktu tengah leka menyiapkan kerja aku, baru aku teringat yang aku tak langsung menghubungi ibu kandung ku untuk meminta maaf.

Phone segera kucapai dan ku terangkan satu persatu masaalah kami yang membuatkan kami tak berkesempatan langsung untuk ke rumahnya.Alhamdulillah ibu kandungku amat memahami, aku risau juga dia berkecil hati walaupun hakikatnya aku dapat rasakan dia memang kecil hati tapi Alhamdulillah bila aku terangkan segalanya dia boleh menerimanya.

Tapi apa yang menyedihkan aku esoknya, bila aku menerima instant msg dari adikku(anak ibu kandungku) membuatkan aku tersentap. Ibu ku sendiri pun tak berkata apa-apa mengapa adik aku pula yang terasa sangat, memang betulla apa dia kata, kenapa aku tak sms dia? okla fine aku akui itu silap aku, tapi aku tak suka dengar sesuatu benda yang boleh memulakan perselisihan faham antara kami.

Hubungan ini baru bermula, kenapa benda kecil-kecil tu nak di perbesar-besarkan kalau aku tak memohon maaf tu lain cerita, ni awal-awal perbualan lagi ayat pertama aku, “maaf akak bukan sengaja tak nak datang” tak cukup lagi ker? paling tak dengarla dulu penjelasan aku. Jangan cakap main melulu jer.

Ntah la sampai ke saat ini aku masih terasa sebenarnya…Benda-benda macam ni la, pada aku satu permulaan ke tidak selesaan sesuatu hubungan. Memang betul dia cakap dia dah luahkan apa yang dia rasa. Tapi ader tak dia fikirkan dulu apa yang dia cakap tu nanti mungkin akan lebih menjarakkan lagi hubungan kami.

Logic akalnya perpisahan 26 tahun tu nak diangkat seperti tiada apa yang terjadi hanya dalam masa 5 tahun pertemuan semula kami. Setelah aku membesar dengan menerima sepak terajang dan maki hamun orang. Dengan semudah itukah aku nak pujuk hati ku seolah-olah tiada apa-apa yang berlaku.

Kalau nak diikutkan kecil hati aku, banyak lagi nak aku luahkan tapi aku tau apa yang aku dapat, benda dah berlalu, Cuma yang mampu aku lakukan pujuk hatiku merima keadaan itu seadanya. Belajar memaafkan kerana itulah yang terbaik.

Mungkin senang bagi dirinya untuk berkata-kata kerana dia tak melalui apa yang aku lalui. Aku yang melaluinya aku yang merasa peritnya, aku yang merasa azabnya. Rambut ku pernah di tarik dan dihantukkan ke bucu dinding hingga berdarah dan meninggalkan parut sehingga aku dewasa, dan parut libasan wayar radio masih kekal lagi di lengan ku sehingga kini.

Hukuman itu bukan kerana aku degil tapi hanya kerana aku inginkan kasut sekolah baru selepas melihat adikku mendapat kasut baru, sedangkan kasut sekolahku dua tahun tak berganti. Kalau nak diikutkan aku lebih memerlukan memandangkan aku kesekolah harus menapak sejauh dua kilometer sedangkan adik ku pergi dan baliknya berhantar dengan motor walaupun sekolah kami sekolah yang sama.

Aku tak melebihkan mana-mana, sana ibu sini juga ibu…kedua-duanya aku sayang. Walaupun ada dendam yang terpendam antara aku dan ibu tiriku, tapi kerana dia jugalah aku hidup…walaupun hari-hari badan aku marasa libasan wayar radio sebagai hadiah, tapi wanita itu jugalah yang nekad membesarkan aku yang tiada apa-apa pertalian darah ni.

Dan di waktu ini ibu tiriku memerlukan aku untuk menguruskan perkahwinan adik bongsuku, siapa lagi yang nak diharapkannya kalau bukan aku sebagai anak yang tua, kalau ikutkan marahnya hati ini aku tak mahu ambil tahu langsung. Lantaklah dan pandai-pandai kalianla.

Tapi mana mungkin aku bersikap begitu, aku cuba memahami apa yang dia lakukan terhadap aku dulu disebabkan tekanan dari seorang suami dan ayah yang tak pernah menjalankan tanggungjawabnya sewajarnya.

Terpaksa bertungkus lumus mencari nafkah hidup sendirian, dimadukan dengan berapa ramai perempuan, harta yang tak seberapa dihabiskan kemeja judi kemudian dibebankan pula dengan membela anak yang tak ada kena-mengena dengan dirinya. Kalau aku sendiri jadi dirinya belum tentu aku sekuat itu. Belum tentu aku setabah itu.

Namun walau begitu keadaan hidupnya dia teruskan juga menjaga aku. Memberi aku peluang kesekolah walaupun hanya setakat darjah enam. Namun aku masih boleh membaca dan menulis.

Dan kerana deraan dia jugalah seusia 7 tahun aku dah reti memasak nasi dah reti mengoreng telur. Seusia tujuh tahun juga aku dah reti membasuh baju dan kasut sekolahku sendiri. Dan meningkat usia 9 tahun aku dah kedapur memasak seperti orang dewasa yang lain.

Dan kerana deraan dia jugalah, usiaku 13 tahun aku dah boleh bekerja di rumah orang. Melakukan tugas rumahtangga memasak, mengemas dan menjaga anak majikanku.

Itu sebab aku katakan sebelum ini, aku hidup dan membesar hasil titik peluh ku sendiri, nasi yang aku telan hasil dari penat lelah ku melakukan kerja-kerja rumah yang tak dilakukan oleh budak sekarang berumur 17 tahun pun.

Kerana itu jugalah usiaku 16 tahun aku sanggup berkahwin dan memperjudikan masa depanku dengan insan yang tak pernah aku kenali apatah lagi melalui alam percintaan seperti remaja lain.

Jadi jangan bagi aku mengungkit satu persatu sejarah silam yang pernah aku lalui selepas kehilangan kasih sayang seorang ibu.

Kehilangan kasih sayang ibu ditambah lagi kebencian seorang ayah, mungkin kerana perceraian antara mereka membuatkan ayah terlalu membenci aku. Kalau dulu ayah tak boleh melihat muka aku, ada saja kesilapan aku yang dicari bila kami bertentang mata. Setiap masa aku melarikan diri kerana takut untuk bertemu muka dengannya.

Aku tak pernah hidup menagih simpati orang, aku cuma pernah hidup dengan menagih kasih sayang orang. Tapi itu pun orang tak mampu nak beri.

Dan sekarang aku tak menuntut apa-apa lagi, kerana kini aku dah boleh menerima segalanya sebagai satu suratan takdir untukku. Dulu di saat aku belum mampu berfikir sebaiknya aku memang marah dan geram, tapi kini bila usia semakin meningkat aku mengajar diri ku untuk menerima segalanya sebagai salah satu proses pembelajaran yang harus aku lalui untuk mematangkan diriku.

Proses untuk menjadikan aku wanita matang dan cekal.Cuma satu pinta ku jangan pertikaikan keupayaan dan kemampuan aku sebagai seorang anak dan kakak, aku belajar menerimanya dan belajar memaafkan segalanya. Aku tutupi kekurangan kalian terhadapku, kerana masih ada rasa hormat dalam diri ku.

Aku pohon kalian juga begitu, aku tak minta emas berbungkal dan aku juga dah tak menagih kasih sayang kalian. Cuma aku pinta kalian hormatilah perasaan aku. Aku tak mampu nak menjaga hati semua pihak. Ada keutamaan lain yang aku harus dulukan…

Suami dan ibu mertuaku…

Insan yang paling lama aku hidup bersamanya. 15 tahun dia mendidik aku dari usiaku 16tahun sehinggalah kini 31 tahun, dia menerima aku seadanya. Menutupi setiap kelemahan dan kekuranganku. Bersabar dalam apa jua masaalah yang aku timbulkan. Dan kini dialah segala-galanya bagiku. Dan sebagai ikhsan terakhir kalian aku pohon doakan kebahagian ini kekal hingga ke nafas terakhir ku.

*Aku tak bertujuan nak mengaibkan sesiapa, Cuma saat coretan ini aku tulis kesedihan hatiku masih bertandang. Satu persatu apa yang aku lalui dulu bermain dikotak fikiranku, sehinggakan air mataku mengalir tanpa dapat ku tahan. Aku terasa yang amat sangat sehingga menganggu lenaku.

Aku takut tak mampu lagi untuk aku berpura-pura tersenyum sedangkan hati ku menangis yang amat sangat…aku bukan menagih simpati tapi, aku Cuma kehilangan bahu untuk aku tumpang menangis…

Coretan Hati : Izah
Mula : 1.45am
Selesai : 4.12 am
Pada : 19 April 2009